Jikakamu berminat untuk mencoba mukadimah dengan humor barangkali contoh berikut bis menjadi referensi. Contoh mukadimah untuk orang meninggal. Pidato Bahasa Arab Tentang Berbakti Kepada Orang Tua Cara Baca Artinya. Teks Ceramah Tentang Kematian. Dalam hadits At-Tirmidzi dianjurkan untuk mengucapkan. Mukadimah Pidato Dalam melakukan orasi
TentangSantri; Profil Aswaja Center; Donasi; Tanya . PISS-KTB; Konsultasi Fiqih; Melalui SMS; Live . PP. Sunni Salafiyah Pasuruan; Suara Nabawi; PP. Nurul Ulum Malang 435 Al Quran - Al Hadis 134 Al-Hadits 156 Al-Qur'an 7 Ilmu Balaghoh 43 Ilmu Nahwu 21 Ilmu Tajwid 121 Kajian Tafsir 666 Aqidah - Akhlak 38 Akhlaq 513
Hadistentang Hutang Menghutangi. Posted on November 22, 2017 by Santri Admin. Guru saya mengajarkan, jika kita sebagai pemberi hutang ingatlah hadits ini. من أنظر معسرًا فله بكل يوم صدقة قبل أن يحل الدين فإذا حل الدين فأنظره كان له بكل يوم مثلاه صدقة. "Barangsiapa
MResky S 04/07/2020. Hadits Shahih Al-Bukhari No. 43 - Kitab Iman ini, menjelaskan tentang pertanyaan dari seorang yahudi kepada Umar bin Khattab tentang ayat yang terdapat dalam surah al-Maidah ayat 3, yang dengan ayat tersebut mereka (orang yahudi) ingin menjadikan hari yang dimaksud ayat itu sebagai hari raya mereka.
Bilaingin dicintai Rasulullah, maka bersihkanlah tubuhmu. Hal ini tidak keterlaluan. Mengingat, banyak sabda Rasulullah SAW yang menganjurkan kesehatan. Bahkan, ayat Al-Quran pun menganjurkan kebersihan. Berikut ayat dan hadis mengenai kebersihan: فيه رجال يحبون ان يتطهروا والله يحب المتطهرين "Di dalamnya ada orang-orang yang suka bersuci dan Allah
suro diro joyo diningrat lebur dening pangastuti arti. – Hadits tentang perpisahan. Tidak ada yang abadi di dunia ini, dan segalanya akan berubah setiap waktu. Termasuk hubungan antara satu manusia dan manusia lain yang disebut teman, kawan, sahabat, maupun rekan kerja. Di mana ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Misalnya saja perpisahan sekolah SD, SMP, SMA, dan universitas. Hubungan antarmanusia yang tidak akan pernah terpisahkan minimal sampai ajal menjemput hanyalah suami dan perpisahan terjadi, biasanya tangisan mengiringi. Melihat ke belakang betapa banyak kenangan yang dijalani bersama, dan menyadari bahwa hari esok mulai berjalan di dunia masing-masing, adalah alasan air mata menetes saat perlu diingat bahwa perpisahan bukanlah akhir dari segalanya, perpisahan juga bisa menjadi awal yang baru, untuk semangat baru. Hadits tentang perpisahan berikut ini mungkin bisa sedikit meredakan kepedihan kala Hadits Tentang Perpisahan1. Berkumpul dan Berpisah2. Perpisahan untuk Pertemuan3. Wasiat PerpisahanKumpulan Hadits Tentang PerpisahanTanpa banyak basa basi kembali, langsung saja berikut adalah kumpulan daftar hadits dan dalil shahih tentang perpisahan. Simak dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahan Indonesia yang benar sesuai sunnah berikut Berkumpul dan Berpisahوَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ“Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena Allah.” HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 10312. Perpisahan untuk Pertemuanأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ“Kalau begitu engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 26393. Wasiat Perpisahanعَنِ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللّٰـهُ عَنْهُ قَالَ صَلَّـىٰ بِنَا رَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا ، فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً ؛ ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ ، وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ ، قَالَ قَائِلٌ يَا رَسُوْلَ اللّٰـهِ ! كَـأَنَّ هٰذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ ، فَـمَـاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا ؟ فَقَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللّٰـهِ ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِيْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِـيْرًا ، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْـخُلَفَاءِ الْـمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ ، تَـمَسَّكُوْا بِـهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُـحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ ، فَإِنَّ كُلَّ مُـحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ“Diriwayatkan dari al-Irbâdh bin Sâriyah Radhiyallahu anhu bahwa ia berkata, “Suatu hari Rasulullâh Shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang membekas pada jiwa, yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati menjadi takut, maka seseorang berkata, Wahai Rasulullâh! Seolah-olah ini adalah nasehat dari orang yang akan berpisah, maka apakah yang engkau wasiatkan kepada kami?’ Maka Rasulullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian sepeninggalku, niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafâr Râsyidîn yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian setiap perkara yang baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bidah, dan setiap bidah itu adalah sesat.” Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir JawasKesimpulanItu dia singkat saja mengenai kumpulan hadits tentang perpisahan, hadits tentang sahabat dunia akhirat, peribahasa tentang perpisahan wasiat perpisahan rasulullah, kata semangat untuk perpisahan, hadis tentang sahabat, gambar perpisahan, kata kata perpisahan dalam islam, kata kata untuk majlis Tentang Tolong Menolong MuslimKumpulan Hadits Nabi Tentang IstiqomahModel Kerudung untuk Perpisahan Sekolah
Tidak terasa sudah sebulan kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Dan saatnya kita berpisah dengan bulan yang penuh barokah, bulan yang penuh rahmat dan ampunan Allah, serta bulan di mana banyak yang dibebaskan dari siksa neraka. Pada pembahasan kali ini, kami mengangkat sebuah pelajaran yang cukup berharga yang kami olah dari kitab Latho-if Al Ma’arif karangan Ibnu Rajab Al Hambali dengan judul “Wadha’ Ramadhan” Perpisahan dengan Bulan Ramadhan, juga terdapat beberapa tambahan pembahasan dari kitab lainnya. Semoga kalimat-kalimat yang secuil ini bermanfaat bagi kita semua. Sebab Ampunan Dosa di Bulan Ramadhan Saudaraku, jika kita betul-betul merenungkan, Allah begitu sayang kepada orang-orang yang gemar melakukan ketaatan di bulan Ramadhan. Cobalah kita perhatikan dengan seksama, betapa banyak amalan yang di dalamnya terdapat pengampunan dosa. Maka sungguh sangat merugi jika seseorang meninggalkan amalan-amalan tersebut. Dia sungguh telah luput dari ampunan Allah yang begitu luas. Cobalah kita lihat pada amalan puasa yang telah kita jalani selama sebulan penuh, di dalamnya terdapat ampunan dosa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.”[1] Pengampunan dosa di sini bisa diperoleh jika seseorang menjaga diri dari batasan-batasan Allah dan hal-hal yang semestinya dijaga.[2] Begitu pula pada amalan shalat tarawih, di dalamnya juga terdapat pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan shalat tarawih karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[3] Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan amalan shalat, juga akan mendapatkan pengampunan dosa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[4] Amalan-amalan tadi akan menghapuskan dosa dengan syarat apabila seseorang melakukan amalan tersebut karena 1 iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan 2 mencari pahala di sisi Allah, bukan melakukannya karena alasan riya’ atau alasan lainnya.[5] Adapun pengampunan dosa di sini dimaksudkan untuk dosa-dosa kecil sebagaimana pendapat mayoritas ulama.[6] Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ “Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at yang satu dan jum’at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.”[7] Yang dimaksud dengan pengampunan dosa dalam hadits riwayat Muslim ini, ada dua penafsiran Pertama, amalan wajib seperti puasa Ramadhan, -pen bisa memnghapus dosa apabila seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Apabila seseorang tidak menjauhi dosa-dosa besar, maka amalan-amalan tersebut tidak dapat mengampuni dosa baik dosa kecil maupun dosa besar. Kedua, amalan wajib dapat mengampuni dosa namun hanya dosa kecil saja, baik dia menjauhi dosa besar ataupun tidak. Dan amalan wajib tersebut sama sekali tidak akan menghapuskan dosa besar.[8] Pendapat yang dianut oleh mayoritas ulama bahwa dosa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil, sedangkan dosa besar bisa terhapus hanya melalui taubatan nashuhah taubat yang sesungguhnya.[9] Adapun pengampunan dosa pada malam lailatul qadar adalah apabila seseorang mendapatkan malam tersebut, sedangkan pengampunan dosa pada puasa Ramadhan dan qiyam Ramadhan shalat tarawih adalah apabila bulan Ramadhan telah sempurna 29 atau 30 hari. Dengan sempurnanya bulan Ramadhan, seseorang akan mendapatkan pengampunan dosa yang telah lalu dari amalan puasa dan amalan shalat tarawih yang ia laksanakan.[10] Selain melalui amalan puasa, shalat malam di bulan Ramadhan dan shalat di malam lailatul qadar, juga terdapat amalan untuk mendapatkan ampunan Allah yaitu melalui istighfar. Memohon ampun seperti ini adalah di antara bentuk do’a. Dan do’a orang yang berpuasa adalah do’a yang mustajab terkabulkan, apalagi ketika berbuka.[11] Begitu pula pengeluaran zakat fithri di penghujung Ramadhan, itu juga adalah sebab mendapatkan ampunan Allah. Karena zakat fithri akan menutupi kesalahan berupa kata-kata kotor dan sia-sia. Ulama-ulama terdahulu mengatakan bahwa zakat fithri adalah bagaikan sujud sahwi sujud yang dilakukan ketika lupa, -pen dalam shalat.[12] Jadi dapat kita saksikan, begitu banyak amalan di bulan Ramadhan yang terdapat pengampunan dosa, bahkan itu ada sampai penutup bulan Ramadhan. Sampai-sampai Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Tatkala semakin banyak pengampunan dosa di bulan Ramadhan, maka siapa saja yang tidak mendapati pengampunan tersebut, sungguh dia telah terhalangi dari kebaikan yang banyak.”[13] Seharusnya Keadaan Seseorang di Hari Raya Idul Fithri Seperti Ini Setelah kita mengetahui beberapa amalan di bulan Ramadhan yang bisa menghapuskan dosa-dosa, maka seseorang di hari raya Idul Fithri, ketika dia kembali berbuka tidak berpuasa lagi seharusnya dalam keadaan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya bersih dari dosa. Namun hal ini dengan syarat, seseorang haruslah bertaubat dari dosa besar yang pernah ia terjerumus di dalamnya, dia bertaubat dengan penuh rasa penyesalan. Lihatlah perkataan Az Zuhri berikut, “Ketika hari raya Idul Fithri, banyak manusia yang akan keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan shalat ied, Allah pun akan menyaksikan mereka. Allah pun akan mengatakan, “Wahai hambaku, puasa kalian adalah untuk-Ku, shalat-shalat kalian di bulan Ramadhan adalah untuk-Ku, kembalilah kalian dalam keadaan mendapatkan ampunan-Ku.” Ulama salaf lainnya mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan shalat ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.”[14] Selepas Ramadhan, Para Salaf Khawatir Amalannya Tidak Diterima Para ulama salaf terdahulu begitu semangat untuk menyempurnakan amalan mereka, kemudian mereka berharap-harap agar amalan tersebut diterima oleh Allah dan khawatir jika tertolak. Merekalah yang disebutkan dalam firman Allah, وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.” Qs. Al Mu’minun 60 Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Mereka para salaf begitu berharap agar amalan-amalan mereka diterima daripada banyak beramal. Bukankah engkau mendengar firman Allah Ta’ala, إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ “Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” Qs. Al Ma-idah 27” Dari Fudholah bin Ubaid, beliau mengatakan, “Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima dariku satu amalan kebaikan sebesar biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah Ta’ala berfirman, إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ “Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” Qs. Al Ma-idah 27” Ibnu Diinar mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih ku khawatirkan daripada banyak beramal.” Abdul Aziz bin Abi Rowwad berkata, “Saya menemukan para salaf begitu semangat untuk melakukan amalan sholih. Apabila telah melakukannya, mereka merasa khawatir apakah amalan mereka diterima ataukah tidak.” Oleh karena itu sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.” Lihat pula perkataan Umar bin Abdul Aziz berikut tatkala beliau berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.” Itulah kekhawatiran para salaf. Mereka begitu khawatir kalau-kalau amalannya tidak diterima. Namun berbeda dengan kita yang amalannya begitu sedikit dan sangat jauh dari amalan para salaf. Kita begitu “pede” dan yakin dengan diterimanya amalan kita. Sungguh, teramatlah jauh kita dengan mereka. Bagaimana Mungkin Mendapatkan Pengampunan di Bulan Ramadhan? Setelah kita melihat bahwa di bulan Ramadhan ini penuh dengan pengampunan dosa dari Allah Ta’ala, namun banyak yang menyangka bahwa dirinya kembali suci seperti bayi yang baru lahir selepas bulan Ramadhan, padahal kesehariannya di bulan Ramadhan tidak lepas dari melakukan dosa-dosa besar. Sebagaimana yang telah kami jelaskan bahwa dosa-dosa kecil bisa terhapus dengan amalan puasa, shalat malam dan menghidupkan malam lailatul qadar. Namun ingatlah bahwa pengampunan tersebut bisa diperoleh bila seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Lalu bagaimanakah dengan kebiasaan sebagian kaum muslimin yang berpuasa namun menganggap remeh shalat lima waktu, bahkan seringkali meninggalkannya ketika dia berpuasa padahal meninggalkannya termasuk dosa besar?! Sebagian kaum muslimin begitu semangat memperhatikan amalan puasa, namun begitu lalai dari amalan shalat lima waktu. Padahal dengan sangat nyata dapat kami katakan bahwa orang yang berpuasa namun enggan menunaikan shalat, puasanya tidaklah bernilai apa-apa. Bahkan puasanya menjadi tidak sah disebabkan meninggalkan shalat lima waktu. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan shalat tidaklah diterima karena orang yang meninggalkan shalat telah melakukan dosa kekafiran dan murtad. Dalil bahwa meninggalkan shalat termasuk bentuk kekafiran adalah firman Allah Ta’ala, فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” Qs. At Taubah 11 Alasan lain adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ “Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.”[15] Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ “Perjanjian antara kami dan mereka orang kafir adalah mengenai shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” [16]“[17] Namun ini nyata terjadi pada sebagian orang yang menunaikan puasa. Mereka begitu semangat menunaikan puasa Ramadhan, namun begitu lalai dari rukun Islam yang lebih penting yang merupakan syarat sah keislaman seseorang yaitu menunaikan shalat lima waktu. Hanya Allah lah yang memberi taufik. Lalu seperti inikah Idul Fithri dikatakan sebagai hari kemenangan sedangkan hak Allah tidak dipedulikan? Seperti inikah Idul Fithri disebut hari yang suci sedangkan ketika berpuasa dikotori dengan durhaka kepada-Nya? Kepada Allah-lah tempat kami mengadu, semoga Allah senantiasa memberi taufik. Ingatlah, meninggalkan shalat lima waktu bukanlah dosa biasa, namun dosa yang teramat bahaya. Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah– mengatakan, “Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” [18] Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm –rahimahullah– berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.”[19] Itulah kenyataan yang dialami oleh orang yang berpuasa. Kadang puasa yang dilakukan tidak mendapatkan ganjaran apa-apa atau ganjaran yang kurang dikarenakan ketika puasa malah diisi dengan berbuat maksiat kepada Allah, bahkan diisi dengan melakukan dosa besar yaitu meninggalkan shalat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”[20] Jika demikian, di manakah hari kemenangan yang selalu dibesar-besarkan ketika Idul Fithri? Di manakah hari yang dikatakan telah suci lahir dan batin sedangkan hak Allah diinjak-injak? Lalu apa gunanya minta maaf kepada sesama begitu digembar-gemborkan di hari ied sedangkan permintaan maaf kepada Rabb atas dosa yang dilakukan disepelekan? Takbir di Penghujung Ramadhan Karena begitu banyak pengampunan dosa di bulan Ramadhan, kita diperintahkan oleh Allah di akhir bulan untuk bertakbir kepada-Nya dalam rangka bersyukur kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman, وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” Qs. Al Baqarah 185 Yang dimaksud dengan takbir di sini adalah bacaan “Allahu Akbar”. Mayoritas ulama mengatakan bahwa ayat ini adalah dorongan untuk bertakbir di akhir Ramadhan. Sedangkan kapan waktu takbir tersebut, para ulama berbeda pendapat. Pendapat pertama, takbir tersebut adalah ketika malam idul fithri. Pendapat kedua, takbir tersebut adalah ketika melihat hilal Syawal hingga berakhirnya khutbah Idul Fithri. Pendapat ketiga, takbir tersebut dimulai ketika imam keluar untuk melaksanakan shalat ied. Pendapat keempat, takbir pada hari Idul Fithri. Pendapat kelima yang merupakan pendapat Imam Malik dan Imam Asy Syafi’i, takbir ketika keluar dari rumah menuju tanah lapang hingga imam keluar untuk shalat ied. Pendapat keenam yang merupakan pendapat Imam Abu Hanifah, takbir tersebut adalah ketika Idul Adha dan ketika Idul Fithri tidak perlu bertakbir.[21] Syukur di sini dilakukan untuk mensyukuri nikmat Allah berupa taufik untuk melakukan puasa, kemudahan untuk melakukannya, mendapat pembebasan dari siksa neraka dan ampunan yang diperoleh ketika melakukannya. Atas nikmat inilah, seseorang diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah, bersyukur kepada-Nya dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya takwa. Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa sebenar-benarnya takwa adalah mentaati Allah tanpa bermaksiat kepada-Nya, mengingat Allah tanpa lalai dari-Nya dan bersyukur atas nikmat-nikmat Allah, tanpa kufur darinya.[22] Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd. Di penghujung bulan Ramadhan ini, hanyalah ampunan dan pembebasan dari siksa neraka yang kami harap-harap dari Allah yang Maha Pengampun. Kami pun berharap semoga Allah menerima amalan kita semua di bulan Ramadhan, walaupun kami rasa amalan kami begitu sedikit dan begitu banyak kekurangan di dalamnya. Taqobalallahu minna wa minkum Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian. Semoga Allah menjadi kita insan yang istiqomah dalam menjalankan ibadah selepas bulan Ramadhan. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat Segala puji bagi Allah yang dengan segala nikmat-Nya setiap kebaikan menjadi sempurna. Wa shallallahu wa salaamu ala nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi ajma’in. *** Diselesaikan menjelang Shubuh, Ahad, 1 Syawal 1430 H, di Ori, Pelauw – Maluku Tengah Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Baca Juga Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin Saat Idul Fitri, Apakah Benar Tidak Boleh Diucapkan? Dua Kebahagiaan Ketika Hari Raya Idul Fithri Footnote [1] HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760. [2] Lihat Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 372, Daar Ibnu Katsir [Tahqiq Yasin Muhammad As Sawaas] [3] HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759 [4] HR. Bukhari no. 1901. [5] Lihat Fathul Bari, 6/290, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah [6] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 372 dan Fathul Baari, 6/290 [7] HR. Muslim no. 233. [8] Latho-if Al Ma’arif, hal. 372 [9] -Idem- [10] Latho-if Al Ma’arif, hal. 373 [11] Latho-if Al Ma’arif, hal. 378 [12] Latho-if Al Ma’arif, hal. 383 [13] Latho-if Al Ma’arif, hal. 378 [14] Latho-if Al Ma’arif, hal. 373-374 [15] HR. Muslim no. 82 [16] HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani [17] Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu Utsaimin, 17/62, Asy Syamilah [18] Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 7, Darul Imam Ahmad, Kairo-Mesir. [19] Al Kaba’ir Ma’a Syarhi Li Fadhilatisy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, Al Imam Adz Dzahabiy, hal. 25, Darul Kutub Al Ilmiyyah. [20] HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya [21] Lihat Fathul Qodir, Asy Syaukani, 1/239, Mawqi’ At Tafasir, Asy Syamilah [22] Latho-if Al Ma’arif, hal. 381
Perpisahan adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Baik itu perpisahan dengan teman, keluarga, atau pasangan, semua akan mengalami perpisahan di satu waktu atau lainnya. Namun, tidak semua orang bisa menghadapi perpisahan dengan bijak dan dewasa. Oleh karena itu, Islam memberikan panduan melalui hadits tentang perpisahan. Dalam artikel ini, kita akan membahas hadits-hadits tersebut dan bagaimana menerapkan panduan tersebut dalam menghadapi Pertama Menjaga SilaturahimHadits pertama yang akan kita bahas adalah hadits yang mengajarkan untuk menjaga silaturahim. Silaturahim adalah hubungan sosial antara sesama manusia yang dilandasi oleh persaudaraan dalam Islam. Menjaga silaturahim adalah suatu kewajiban dalam Islam, termasuk menjaga hubungan dengan orang yang akan kita silaturahim saat perpisahan juga ditekankan oleh Rasulullah saw., sebagaimana dalam hadits berikut ini“Barang siapa yang ingin menjaga silaturahim, maka janganlah dia melakukan perpisahan terhadap saudaranya selama tiga hari.” HR. BukhariHadits ini mengajarkan bahwa dalam menjaga silaturahim, kita harus menghindari perpisahan yang terlalu lama. Kita harus tetap menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan orang yang akan kita tinggalkan, meskipun hanya melalui pesan atau Kedua Sabar dalam Menghadapi PerpisahanHadits kedua yang akan kita bahas adalah hadits yang mengajarkan untuk bersabar dalam menghadapi perpisahan. Sabar adalah sifat yang sangat penting dalam Islam, terutama dalam menghadapi ujian hidup. Dalam konteks perpisahan, sabar juga sangat diperlukan untuk mengatasi perasaan sedih dan saw. pernah bersabda dalam hadits berikut“Barang siapa yang bersabar saat diuji, maka Allah akan memberikan kepadanya kesabaran dalam menghadapi perpisahan.” HR. BukhariHadits ini mengajarkan bahwa Allah akan memberikan kesabaran bagi orang yang bersabar dalam menghadapi perpisahan. Kesabaran ini akan membantu kita mengatasi perasaan sedih dan kehilangan, serta mempercepat proses pemulihan setelah Ketiga Berdoa untuk Keselamatan dan KeberkahanHadits ketiga yang akan kita bahas adalah hadits yang mengajarkan untuk berdoa untuk keselamatan dan keberkahan dalam perpisahan. Doa adalah senjata utama dalam Islam untuk meminta pertolongan Allah dalam menghadapi segala ujian hidup, termasuk saw. pernah bersabda dalam hadits berikut“Barang siapa yang meninggalkan rumahnya dalam keadaan berdoa Bismillahi tawakkaltu alallah, la haula wala quwwata illa billah Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah, maka Allah akan mengirimkan kepada malaikat-Nya untuk melindunginya.” HR. Abu DaudHadits ini mengajarkan bahwa dengan berdoa sebelum perpisahan, Allah akan melindungi kita dan memberikan keberkahan dalam perjalanan kita. Doa juga akan membantu kita mengatasi perasaan takut atau khawatir saat menghadapi Keempat Meminta Maaf Sebelum PerpisahanHadits keempat yang akan kita bahas adalah hadits yang mengajarkan untuk meminta maaf sebelum perpisahan. Meminta maaf adalah suatu tindakan yang sangat penting dalam Islam, terutama jika kita akan meninggalkan saw. pernah bersabda dalam hadits berikut“Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan tidak meninggalkan kesalahan yang belum diampuni, maka dia adalah orang yang sombong.” HR. MuslimHadits ini mengajarkan bahwa meminta maaf dan mengampuni kesalahan orang lain adalah suatu kewajiban dalam Islam. Jika kita tidak meminta maaf sebelum perpisahan, maka kita akan meninggalkan kesalahan yang belum diampuni. Hal ini bisa membuat hubungan kita dengan orang yang akan kita tinggalkan menjadi Kelima Berbagi Kebersamaan Sebelum PerpisahanHadits kelima yang akan kita bahas adalah hadits yang mengajarkan untuk berbagi kebersamaan sebelum perpisahan. Berbagi kebersamaan adalah suatu tindakan yang bisa membuat kita lebih dekat dengan orang yang akan kita tinggalkan. Hal ini bisa membantu kita mengatasi perasaan sedih dan kehilangan saat saw. pernah bersabda dalam hadits berikut“Berpeganglah pada persahabatan yang benar-benar berbakti kepadamu. Mereka itu adalah harta yang paling berharga di dunia ini. Berpeganglah pada mereka sebagai teman, tetapi janganlah memperbanyak pertemuan dengan mereka. Jika kalian bertemu, katakanlah, “Assalamu alaikum,” dan jika kalian berpisah, katakanlah, “Astaghfirullah.” HR. TirmidziHadits ini mengajarkan bahwa kita harus memperbanyak waktu bersama orang yang akan kita tinggalkan, namun tidak berlebihan. Kita harus mengucapkan salam saat bertemu dan meminta maaf saat berpisah. Hal ini bisa menciptakan hubungan yang baik dan mengurangi perasaan sedih saat Penerapan Hadits tentang PerpisahanSetelah mengetahui beberapa hadits tentang perpisahan, sekarang kita akan membahas bagaimana penerapan hadits tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa contoh penerapan hadits tentang perpisahan1. Menjaga SilaturahimJika kita akan meninggalkan teman atau keluarga, kita harus tetap menjaga silaturahim dengan cara menghubungi mereka secara teratur. Kita bisa mengirim pesan atau telepon untuk bertanya kabar dan memperbaharui Bersabar dalam Menghadapi PerpisahanJika kita sedih atau kehilangan karena perpisahan, kita harus bersabar dan berdoa agar Allah memberikan kita kesabaran. Kita juga bisa mencari dukungan dari keluarga atau teman untuk membantu kita melewati masa sulit Berdoa untuk Keselamatan dan KeberkahanSebelum perpisahan, kita bisa berdoa untuk keselamatan dan keberkahan dalam perjalanan. Kita bisa mengucapkan doa yang diajarkan Rasulullah saw. atau doa yang kita buat Meminta Maaf Sebelum PerpisahanJika kita akan meninggalkan seseorang, kita harus meminta maaf dan mengampuni kesalahan orang tersebut. Hal ini bisa membuat kita lebih lega saat perpisahan dan meninggalkan kesan yang baik pada orang yang kita Berbagi Kebersamaan Sebelum PerpisahanSebelum perpisahan, kita bisa berbagi kebersamaan dengan orang yang akan kita tinggalkan. Kita bisa mengajak mereka pergi ke tempat yang disukai atau berbicara tentang kenangan bersama. Hal ini bisa membuat kita lebih dekat dengan orang tersebut dan mengurangi perasaan sedih saat adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Namun, dengan panduan yang diberikan melalui hadits tentang perpisahan, kita bisa menghadapi perpisahan dengan bijak dan dewasa. Menjaga silaturahim, bersabar dalam menghadapi perpisahan, berdoa untuk keselamatan dan keberkahan, meminta maaf sebelum perpisahan, dan berbagi kebersamaan sebelum perpisahan adalah beberapa contoh penerapan hadits tentang perpisahan dalam kehidupan menghadapi perpisahan, kita harus tetap optimis dan berpikir positif. Kita harus yakin bahwa perpisahan bukan akhir dari segalanya, namun awal dari suatu perjalanan yang baru. Dengan menghadapi perpisahan dengan bijak dan dewasa, kita bisa memperoleh pengalaman dan pelajaran yang berharga dalam kehidupan.
Setiap ada pertemuan ada perpisahan, begitu kata pepatah itulah proses kehidupan yang dijalani manusia, dimanapun kita berada selama dalam hubungan sosial pastinya ada pertemuan dan perpisahan yang kita alami, Di dunia ini hanya sekedar tempat persinggahan manusia datang dan pergi. Ada cerita menyentuh hati dan dramatis yang dialami Pengasuh Asrama atau Ustad dan Ustazah di lingkungan pondok pesantren, bertemu dengan santri menjalani waktu bersamanya membina dan mendidik pada suatu masa mereka pergi untuk berpisah, entah semua pendidik di pesantren merasakan pilu perpisahan itu, namun itulah yang terjadi adanya. Ustazah Ramayanti Hasra Teacher of Shalahuddin Islamic Boarding School Bertemu Berpisah Mereka Datang Dan Pergi Saya mengabdi di salah satu Pondok Pesantren di Wilayah Tengah Provinsi Aceh, sebagai alumni pesantren saya tentunya merasakan perpisahan dengan teman-teman saat menyelesaikan pendidikan dari pondok, perpisahan itu tidak diketahui kapan bertemu kembali, semua punya cita-cita dan capaian kehidupan sendiri. Namun ternyata di Pondok Pesantren ada yang lebih pilu dari perpisahan bersama teman, yaitu perpisahan dengan santri. Sebagai seorang Ustazah di Pondok Pesantren dalam proses mendidik saya selau memposisikan diri sebagai patner santriwati, membarengi mereka dalam setiap aktifitas dan menampung segala curahan hati mereka, sehingga terbangun koneksi yang erat bak keluarga kandung. Usatazah pengasuh namun berperan sebagai kakak kandung bagi santriwati itulah jalan mendidik yang saya geluti. Tatkala para santriwati sudah beranjak dewasa dan dan tiba saatnya mereka meninggalkan pondok untuk melanjutkan pendidikan mereka, disitulah tumbuh suatu perasaan yang sangat sulit diungkapkan. Tidak rela untuk berpisah, hanya air mata yang berderai melihat kepergian bahkan sebelum mereka pergi tetesan air mata perpisahan sudah menggenang membasahi mata, terkenang saat bersama mengarungi waktu yang sudah dilalui beberapa tahun. Hati berkata tidak untuk berpisah namun kaki harus melangkah untuk meraih masa depannya. Selamat Jalan Wahai Santriwatiku Semoga Allah Memberkatimu Kenangan Indah Bersamamu Tak Kan kubiarkan ia Berlalu Capailah cita-citamu - Ustazah Ramayanti Hasra Pondok Pesantren Modren Shalahuddin Munawarah
- Kesan pesan perpisahan santri adalah salah satu penyampaian penting yang selalu menjadi bagian dari acara perpisahan kelulusan di pondok pesantren. Masing-masing pihak akan saling menyampaikan pesannya, baik kakak kelas yang lulus, adik kelas, hingga ustadz dan dasarnya, kesan merupakan impresi atau sesuatu yang dirasakan seseorang setelah melihat, mendengarkan, atau mengalami sesuatu. Adapun pesan merupakan suatu amanat atau nasihat dari seseorang agar penerima pesannya bisa menjadi lebih ada juga tambahan kesan dan pesan orang tua untuk pesantren sebagai rasa terima kasih kepada para ustadz telah mendidik anaknya selama hidup di pesantren tersebut. Itu sebabnya, momen perpisahan adalah momen yang sangat sakral saat Kesan Pesan Perpisahan Santri Kepada Teman Adik Kelas, dan Guru yang DitinggalkanPada momen kelulusan, para santri yang lulus tentu akan meninggalkan banyak pihak mulai dari sesama teman seperjuangan, adik kelas, hingga ustadz ustadzah di pondok mereka. Umumnya, mereka mengawali penyampaiannya dengan shalawat serta penyampaian dilanjutkan dengan menyampaikan rasa terima kasih, kesannya selama menuntut ilmu, permintaan maaf, hingga pesannya kepada yang ditinggalkan. Berikut ini contoh beberapa kumpulan pesan dan kesan singkat yang bisa Anda Kesan Pesan kepada Teman SeangkatanUmumnya, pihak yang lulus akan menyampaikan kesannya selama menuntut ilmu bersama teman-teman, serta berpesan untk tidak saling melupakan meski sudah berpisah. Sebagai contoh, berikut kata-kata kesan pesan perpisahan santri kepada teman seangkatannya“Banyak hal tak terlupakan dan hal menyenangkan yang kami peroleh ketika menimba ilmu di pondok ini, baik ilmu agama maupun ilmu lainnya. Namun ilmu paling penting yang kami peroleh adalah ukhuwah islamiyah, sebab kami belajar tentang pentingnya hidup bersama di pondok pesantren, kami menyadari bahwa pertemanan itu penting. Terima kasih sudah bersama-sama saling mendampingi di kala suka maupun duka. Meskipun nanti kita berpisah, saya berharap semoga jalinan ukhuwah islamiyah kita terus terjaga.”2. Kesan Pesan kepada Adik KelasSedikit berbeda dengan penyampaian kepada sesama teman angkatan, umumnya penyampaian kepada adik kelas lebih banyak berisi amanat atau nasihat agar mereka bisa lebih baik. Berikut contoh kata-kata kesan pesan perpisahan santri kepada adik kelasnya“Selain bertemu teman-teman seperjuangan di angkatan yang sama, kami juga bersyukur dipertemukan bersama teman-teman sekaligus adik yang akan segera menggantikan posisi kami. Terima kasih sudah mengajarkan kami, para kakak kelas, cara menjadi imam yang kalian, kami menyadari pentingnya peran kakak kelas sebagai orang yang lebih tua untuk mengayomi adik-adiknya. Jadi, kami berpesan, jagalah adik-adik kelas kalian selanjutnya, serta selalu hormati para ustadz maupun ustadzah sebagaimana orang tua kita.”3. Kesan Pesan kepada Guru Ustadz dan UstadzahSelanjutnya, ada pula kesan pesan perpisahan santri kepada ustadz dan ustadzah sebagai guru sekaligus pengganti sosok orang tua selama berada di pondok pesantren. Biasanya, kesannya lebih banyak dipenuhi oleh rasa terima kasih mendalam, seperti contoh berikut“Sangat menyenangkan bisa menuntut ilmu di sini, didukung oleh fasilitas lengkap serta ustadz maupun ustadzah yang senantiasa sabar mendidik. Beribu ungkapan terima kasih tidak akan cukup menyampaikan kesan dan pesan untuk ustadz dan ustadzah yang berperan sebagai guru, ustadz dan ustadzah sekalian juga selalu ramah dan penuh kasih sayang dalam menggantikan peran orang tua kami. Mohon maaf jika selama ini kami banyak menyulitkan, semoga bapak ibu ustadz-ustadzah senantiasa diberi rezeki oleh Allah.”Contoh Kesan Pesan Perpisahan Santri dan Guru Kepada Kakak Kelas yang MeninggalkanPada momen kelulusan, para pihak yang ditinggalkan seperti adik kelas serta para guru ustadz maupun ustadzah juga akan turut memberikan amanat beserta kesannya. Masing-masing tentu disertai dengan doa atau harapan agar santrinya menjadi semakin Kesan Pesan dari Adik KelasSelain dari kakak kelas yang meninggalkan sekolahnya, terdapat pula penyampaian kesan pesan perpisahan santri dari adik kelas kepada kakak kelasnya. Biasanya, hanya ditunjuk satu orang saja dari kelas 1 atau 2 sebagai perwakilan, dengan contoh sebagai berikut“Terima kasih banyak atas segala kenangan yang sudah kita lalui. Terima kasih sudah menjaga sekaligus mengayomi. Perpisahan ini memang berat, meskipun kami masih mengharapkan bimbingan kalian, tapi semoga kami juga mampu meneladani kalian sebagai amanat dari kalian akan kami jadikan sebagai motivasi untuk selalu semangat menuntut ilmu serta memperbaiki akhlak. Adapun pesan dari kami, semoga jalan kalian senantiasa dipermudah oleh Allah SWT, dan semua berhasil meraih cita-cita sesuai impian.”2. Kesan Pesan dari Ustadz dan UstadzahSelain kesan pesan perpisahan santri, ada pula amanat dari pihak ustadz maupun ustadzah yang ditinggalkan. Biasanya para ustadz serta ustadzah akan menyampaikan rasa harunya ditinggalkan oleh murid, serta menyampaikan doa semoga berhasil meraih cita-cita, contoh“Hari ini, kami sebagai guru sekaligus orang tua kalian merasa sangat kehilangan. Hari ini pula, kami menjadi saksi bahwa kalian telah resmi menjadi alumni keluarga besar madrasah sekaligus pondok pesantren tercinta kita perpisahan ini, kami berharap semoga seluruh ilmu yang sudah kalian terima dapat bermanfaat bagi kehidupan, baik di dunia maupun akhirat. Akhir kata, semoga kalian semua mampu mencapai cita-cita yang diimpikan, serta terus menjalin erat ukhuwah islamiyah.”Manfaat Penyampaian Kesan dan Pesan Saat Acara PerpisahanKesan pesan perpisahan santri saat acara kelulusan pondok pesantren ataupun madrasah memang sangat penting. Melalui momen ini, para santri bisa saling bertukar amanat serta rasa terima kasih. Adapun manfaat lainnya dari penyampaian ini adalah sebagai berikutMempererat ikatan persaudaraan santri sebagai keluarga besar pondok pesantren, sehingga diharapkan jalinan ukhuwah islamiyah akan terus terjalin meski sudah motivasi bagi adik kelas yang ditinggalkan agar mampu mencapai prestasi sebagaimana kakak sumber semangat bagi adik kelas yang ditinggalkan agar mampu menjadi sosok suri teladan bagi adik kelas mereka momen untuk mengapresiasi serta berterima kasih kepada para guru ustadz maupun ustadzah yang telah sabar mendidik serta mengayomi murid-muridnya selama berstatus sebagai setiap pertemuan tentulah akan ada perpisahan, sehingga dibutuhkan keikhlasan untuk menghadapi perpisahan tersebut dengan hati lapang. Agar momen perpisahan semakin sakral, kata-kata kesan pesan perpisahan santri sangat penting untuk disampaikan.
hadits tentang perpisahan santri